14 Februari 2014

Puisi-puisi Ilusi

Oleh: Fina Lanahdiana

ILUSI

siapa yang sedang duduk menunggu
di bawah pohon mangga setiap sore menjelang nyala lampu-lampu
ia sendiri dan kesepian
seperti seorang perempuan yang rapuh
sebab jam dinding tiba-tiba menjadi gaduh

rikuh sebab tak ada yang bernama kepastian

yang mesti dipelihara di dalam dadanya
o, angin ...
janganlah datang ketika hujan malam-malam
nanti kau habis ditelan kegelapan

ia masih berdiri dan menepi
wajahnya sendu
menyanyikan lagu-lagu kesedihan yang syahdu

kini ia tak lagi menyepi sebab telah dilahap sebuah ilusi


2014


ILUSI II



aku sedang duduk menjatuhkan kepalaku di atas meja
ketika tiba-tiba seseorang datang tanpa mesti kukirim surat undangan
ia lahir dari selembar foto di tanganku
rupanya yang bernama ajaib tidak melulu harus keluar dari sebuah lampu aladin

pertama-tama kepalanya, lehernya, tangannya, tubuhnya, kemudian kakinya
kini ia telah sempurna menyerupai manusia
matanya menyala-nyala, mulutnya membunyikan suara

“kamu siapa?”
“aku tidak punya nama.”
“siapa?”
“kenangan.”

2014



ILUSI III


seorang bocah sedang berkejaran dengan angin
matanya menyala serupa lampu
pada malam-malam yang piatu

pada suatu hari ia bermimpi
didatangi seekor kupu-kupu
ia terbangun pada keesokan hari
menjelang subuh


ibu, ibu, ibu
aku menjadi seekor kupu-kupu


2014 

 

ILUSI IV

aku berjalan mendekati pintu
di luar gelap sebab ini malam pukul tujuh
tiba-tiba ibu mendekatiku

aku tidak tahu
bagaimana harus memutar alasan pada lidahku yang batu
agar bisa bermain dengan temanku
kata ibu malam adalah waktu yang tepat untuk membaca buku

“ibu?”
“apa?”
“ada hantu.”

2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar