Oleh: Fina Lanahdiana
ILUSI
siapa yang sedang duduk menunggu
di bawah pohon mangga setiap sore menjelang nyala lampu-lampu
ia sendiri dan kesepian
seperti seorang perempuan yang rapuh
sebab jam dinding tiba-tiba menjadi gaduh
rikuh sebab tak ada yang bernama kepastian
yang mesti dipelihara di dalam dadanya
o, angin ...
janganlah datang ketika hujan malam-malam
nanti kau habis ditelan kegelapan
ia masih berdiri dan menepi
wajahnya sendu
menyanyikan lagu-lagu kesedihan yang syahdu
kini ia tak lagi menyepi sebab telah dilahap sebuah ilusi
2014
ILUSI II
aku sedang duduk menjatuhkan kepalaku di atas meja
ketika tiba-tiba seseorang datang tanpa mesti kukirim surat undangan
ia lahir dari selembar foto di tanganku
rupanya yang bernama ajaib tidak melulu harus keluar dari sebuah lampu aladin
pertama-tama kepalanya, lehernya, tangannya, tubuhnya, kemudian kakinya
kini ia telah sempurna menyerupai manusia
matanya menyala-nyala, mulutnya membunyikan suara
“kamu siapa?”
“aku tidak punya nama.”
“siapa?”
“kenangan.”
2014
ILUSI III
seorang bocah sedang berkejaran dengan angin
matanya menyala serupa lampu
pada malam-malam yang piatu
pada suatu hari ia bermimpi
didatangi seekor kupu-kupu
ia terbangun pada keesokan hari
menjelang subuh
ibu, ibu, ibu
aku menjadi seekor kupu-kupu
2014
ILUSI IV
aku berjalan mendekati pintu
di luar gelap sebab ini malam pukul tujuh
tiba-tiba ibu mendekatiku
aku tidak tahu
bagaimana harus memutar alasan pada lidahku yang batu
agar bisa bermain dengan temanku
kata ibu malam adalah waktu yang tepat untuk membaca buku
“ibu?”
“apa?”
“ada hantu.”
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar