22 Maret 2014

Selepas Pertunjukan

selepas pertunjukan, ia mendandani diri
dengan ingatan lagu-lagu di sebuah ponsel
berharap kepalanya lekas membawa kardus-kardus di tangan
berisi kelingking yang gagal saling memeluk jam dinding
usai pagi dilipat matahari

kertas-kertas remuk dilahap kaca mata baca
yang lebih besar dari tebal cahaya
huruf-huruf  jatuh di atas meja

kursi-kursi diam, tidak meminjam suara siapa pun
sebab tak ada yang lebih penting berperan
sebagai riuh panggung yang dipenuhi memar cahaya lampu-lampu

kamera berjalan menandai tanjakan kalimat-kalimat
berubah menjadi getar suara seseorang
hendak belajar cara membenci kebodohan
yang bertahun-tahun ia rawat sebagai masa depan

di sebuah sudut, telinganya berdengung
mengantar kepada bagaimana cara melupakan
tanpa pelajaran bernama air mata
sebab di punggungnya yang keras
kesedihan terus menerus menguras hal-hal indah

Maret 2014

18 Maret 2014

Mencatat Suara

Oleh: Fina Lanahdiana

aku mencatat, dan kata-kata yang paling kuingat adalah suara
segala perihal dari dalam pikiran dan tak ingin putus asa menjadi semoga
di depan, mata telah menjadi sebuah kamera
--menangkap gambar-gambar yang memar oleh sebuah perencanaan.

telapak kakiku yang lambat berlari akan terus belajar mengejar
menumbangkan bayang-bayang pepohonan berupa angan-angan
yang kuku-kukunya semakin tajam hendak menerkam mangsa paling cuaca

di dalam diriku ada peta yang berlayar menyeberangi telapak tangan
--lautan bagi bahasa dan perumpamaan.

2014

16 Maret 2014

Seseorang yang Tidak Ingin Ada yang Lain Kecuali Dirinya

Oleh: Fina Lanahdiana

panas yang mendidih di sekujur tubuh
mengalir menjadi macam-macam sungai
berisi suara kemarahan yang merah
angin membuka pintu
seseorang memesan kota di dalam kepalanya

ia ingin sekali menyeberangi pantai
yang penuh cangkang aroma garam
berisi warna matahari
tidak ingin ada perahu lain kecuali tubuhnya yang rakus
terdampar di pulau-pulau kecil milik kenangan

udara terbuat dari mata angin para nelayan
menelusup diam-diam ke dalam kata-kata
kemudian bahasa menjadi hal paling diam di dalam mata
berwarna kuning kebencian
tanpa pohon-pohon yang tangkainya membungkuk mencium tanah

kalimat menggantung seperti akar-akar beringin
kosong dipenuhi lubang berisi hampa
serupa telur yang gagal menanam benih
mengalirkan aroma tak ingin mengulurkan lengan
kepada apapun di luar dirinya

langit berwarna jingga
gelembung-gelembung pecah
menjadi hal-hal tak pernah sudah

telinga berdengung seolah lalat-lalat pencari
yang hendak mencuri bahagia paling rahasia

Maret 2014