KEPADA SEBUAH INISIAL
:Li
Li, jam seperti kertas terbang yang berhamburan di halaman
di luar, jendela semakin basah oleh goresan jarum gerimis yang jatuh dari langit
menjadi kipas bagi tubuh udara yang kelak menjadi angin
sementara wajahmu tak henti-hentinya
mencelupkan diri ke dalam kepalaku
yang berlubang oleh ingatan-ingatan
di beranda, aku merangkul kesepian ini dengan hangat
ia menjadi tubuh lain yang menerobos jaket
kemudian melipat bermacam kemalasan yang cemas
masih aku rawat masa kecil kita
yang jatuh bangun oleh sepeda tua;
berharap kelak kaki kita lihai menapaki jalan-jalan
yang penuh tanjakan-turunan
bagaimana kabar jakarta, li
disini kopi semakin dingin disesapi angin
Kendal, Februari 2013
JANGAN PERCAYA RAMALAN CUACA
akhir-akhir ini musim memang tidak sedang menyuruh kita
untuk mempercayai ramalan cuaca
tidak juga mengajarkan kita untuk curiga pada langit yang diam-diam mengamati kita
yang pandai melempar kesalahan-kesalahan–
pada cerobong asap ataupun sampah-sampah yang menyumbat mulut sungai yang panjang
begitu juga kau yang setiap malam
menampar wajahmu dengan rindu
yang runtuh dari tiap-tiap kedalaman matamu
sampai pada suatu siang matahari kehilangan keseimbangan
dikalahkan awan yang jatuh sakit
gerimis menjadi semacam pelunasan hutang-hutang
atas jarak yang memelihara engkau dan kekasihmu
yang menjadi alasan untuk tetap percaya pada perjanjian kata-kata
di halaman rumah kau merentangkan kedua lengan;
‘hei, tahukah kau sayang. aku memelukmu, aku memelukmu!”
Kendal, Februari 2013
Sumber: MayokoAiko.com
:Li
Li, jam seperti kertas terbang yang berhamburan di halaman
di luar, jendela semakin basah oleh goresan jarum gerimis yang jatuh dari langit
menjadi kipas bagi tubuh udara yang kelak menjadi angin
sementara wajahmu tak henti-hentinya
mencelupkan diri ke dalam kepalaku
yang berlubang oleh ingatan-ingatan
di beranda, aku merangkul kesepian ini dengan hangat
ia menjadi tubuh lain yang menerobos jaket
kemudian melipat bermacam kemalasan yang cemas
masih aku rawat masa kecil kita
yang jatuh bangun oleh sepeda tua;
berharap kelak kaki kita lihai menapaki jalan-jalan
yang penuh tanjakan-turunan
bagaimana kabar jakarta, li
disini kopi semakin dingin disesapi angin
Kendal, Februari 2013
JANGAN PERCAYA RAMALAN CUACA
akhir-akhir ini musim memang tidak sedang menyuruh kita
untuk mempercayai ramalan cuaca
tidak juga mengajarkan kita untuk curiga pada langit yang diam-diam mengamati kita
yang pandai melempar kesalahan-kesalahan–
pada cerobong asap ataupun sampah-sampah yang menyumbat mulut sungai yang panjang
begitu juga kau yang setiap malam
menampar wajahmu dengan rindu
yang runtuh dari tiap-tiap kedalaman matamu
sampai pada suatu siang matahari kehilangan keseimbangan
dikalahkan awan yang jatuh sakit
gerimis menjadi semacam pelunasan hutang-hutang
atas jarak yang memelihara engkau dan kekasihmu
yang menjadi alasan untuk tetap percaya pada perjanjian kata-kata
di halaman rumah kau merentangkan kedua lengan;
‘hei, tahukah kau sayang. aku memelukmu, aku memelukmu!”
Kendal, Februari 2013
Sumber: MayokoAiko.com
Selamat ya kak...
BalasHapussungguh menginspirasi.
makasi atas infirasinya, semoga tambah berkah ilmunya
BalasHapusterima kasih , sangat membantu^^