Pixabay - Gerd Altmann |
–siapa yang tahu waktu, apakah ia
akan tetap berputar dua puluh empat jam ke depan?
Berikut adalah puisi yang
saya tulis untuk mengenang salah seorang teman. Saya belum pernah bertemu
dengannya. Tapi entah, saya ingin sekali menulis untuknya.
RANTAU
:Kus Calvin
:Kus Calvin
barangkali kepergian adalah rantau
paling angin;
lesap seperti tajam hujan yang mengetuk-ngetuk jendela kamar
lesap seperti tajam hujan yang mengetuk-ngetuk jendela kamar
lalu senyap menyisakan jejak-jejak
dari masa lampau,
berputar melingkari segala penjuru arah—yang
dinamakan cita-cinta
lantas tidak ada apa-apa yang tersisa
kini kakimu telah jauh melewati
batas
dari segala macam kapal-kapal yang
berlayar
laut mengental serupa kabut yang menggantung
di langit-langit
bagi sebuah bising yang tiba-tiba
asing
keriuhan yang tidak ada alasan
untuk membantahnya
angin lupa mengemas hari untuk masa
depan
meski hanya sebatas putaran dua
puluh empat jam saja
ketiadaan ini bukankah memang
begitu pendiam,?
Kendal, 12.11.13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar