Kepada:
Imam Apriansyah
-- kau melupakan bibirmu bercerita
kepada telinga juga mataku yang mudah dihapus lelehan air hujan, luruh di
jendela kaca. lalu cuaca seperti kesedihan yang menanggung air mata sendirian.
-- Im, aku tidak sedang meluangkan hari
rabu yang bahagia. ini seperti surat yang mendarat tanpa sebuah alamat disalah
satu sisinya. di kepalaku sayap kupu-kupu terbang, buku-buku berserakan.
--
kau tak perlu menghafal kalender serupa jadwal belajar setiap malam. cukuplah
kita saling merayakan percakapan di dalam buku harian yang menceritakan selamat
berkenalan kepada masa depan.
umpamakanlah
diri kita sebagai sebuah lensa kamera. ia yang jujur menangkap wajah kita yang
payah menghindari diri dari ceriwis orang-orang yang menjual pertemuan.
bukankah ia tak pernah menentang yang bernama kenangan?
--
kau cukup berdiri. kelak di punggungmu itu akan ditumbuhi bayang-bayang
yang kau impikan sebagai ruas-ruas yang pernah tenggelam oleh arus kehilangan.
bukankah tidak ada ketiadaan yang benar-benar habis ditelanjangi matahari
malam?
April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar