3 Juli 2015

Pesta Labirin dan Sebuah Ide Penciptaan

Gambar: Google

Judul: Labirin Sang Penyihir
Penulis: Maya Lestari GF
Penerbit: Kaki Langit Kencana
Cetakan: I, April 2015
Jumlah halaman: vi + 242 halaman
ISBN: 978-602-8556-54-5
 
Di manakah jagat raya?
Sedalam apakah hati manusia?
Apakah yang ada di balik kegelapan jagat raya? (hlm. 177)

 
Attar, seorang anak berusia sebelas tahun yang tidak bisa menahan diri untuk mengunjungi sebuah wahana permainan di sebuah pasar malam, Taman Labirin, dijaga oleh seorang perempuan cantik yang menawarkan brosur berisi informasi mengenai mainan-mainan yang menggiurkan bagi anak-anak seusianya. Ia tetap pergi diam-diam meskipun ibunya tidak mengizinkan, yang akhirnya harus membuatnya tersesat di tempat gelap dengan jeratan sulur-sulur dan kabut yang dingin hingga membuatnya tak sadarkan diri. Lamat-lamat ia mendengar nyanyian yang begitu halus dan lembut:
 
Tidur ... tidur yang lama.
Mimpi ... mimpi yang lama.
Keluarlah besok dalam cermin.
Gantikan tempatnya. (hlm. 8)


Ia sadar saat telah berada pada tempat gelap. Seorang gadis bernama Mandira membuatnya terlonjak sebab mata yang ia lihat sangat gelap dan hitam seolah mata itu berubah menjadi sumur yang tidak diketahui di mana dasarnya. (hlm. 15).

[Teka-teki]

Belasan bahkan puluhan anak-anak seusia Attar telah bernasib sama dengannya, tersesat dan tak mampu menjawab teka-teki yang harus diselesaikan. Sebagian dari mereka hanya mampu menjawab satu sampai dua soal saja, selanjutnya gagal. Jika sudah demikian maka yang harus dilakukan adalah menunggu. Menunggu anak lain yang baru saja terjebak ke dalam labirin. Pertanyaan pertama bisa dilalui dengan mulus oleh Attar, namun tidak untuk pertanyaan ke-dua. Ia melakukan kesalahan

"Ia seperti garis tipis, namun tak lama kemudian ia akan terang. Ia adalah awal. Ia sesuatu yang ditunggu." (hlm. 27).

Ketika Attar terperosok dalam pusaran air, penulis dengan lincah menghadirkan dongeng tentang seekor keledai berwarna biru yang terperosok ke dalam sumur. Attar mengingat dongeng itu sebaik ia mengingat mamanya. Begitu saja keduanya terhubung dan saling berkaitan.

Mama, mama, apakah keledai itu mati?
Menurutmu?
Apakah keledai itu mati, Mama?
Menurutmu?
Mama, ma ... (hlm. 135).
 
Attar digambarkan sebagai seorang anak cerdas dan pemberani. Jika tidak, maka tentu saja ia tidak akan pernah punya nyali untuk menjawab teka-teki. Hal-hal ajaib yang tak terkendali dan terkadang terkesan mustahil terjadi dalam dunia manusia begitu saja mengalir seolah tidak peduli bahwa Attar hanyalah seorang anak berusia sebelas. Jika saja para orang tua ikut serta, mereka pun belum tentu punya keberanian sebesar yang dimiliki Attar. Begitu pula saat ia tersesat pada sebuah labirin persegi yang buntu dan gelap, ia berpikir keras untuk menemukan sebuah jalan keluar dengan berbagai kemungkinan yang direncanakan. Sebuah lilin dalam buku teka-teki terapung-apung, berpindah ke jarinya. Selanjutnya ia diseret masuk ke dalam lubang-lubang yang penuh berisi kata-kata. Kata yang asing namun tiba-tiba entah bagaimana ia mengerti maksudnya. Berikutnya ia dihadapkan pada gambar bergerak yang membawanya ke sebuah desa bernama Buckerby, dua ratus tahun sebelumnya. Attar menyaksikan seorang perempuan yang ternyata tidak menyadari kehadirannya. Perempuan itu yang kini menjelma penyihir yang tengah dihadapinya. Sementara tokoh lain seperti Mandira, Geo, Leo, dan anak lain yang tersesat digambarkan sebagai manusia-manusia yang berusaha melawan rasa takut meskipun--dan memang sebuah keharusan--sebab memang tidak ada pilihan lain untuk melarikan diri atau bersembunyi. Maka satu-satunya jalan adalah melawan--atau mereka akan tersesat selamanya.

[Ide Penciptaan]

Ide penciptaan ini berkait-hubung dengan teka-teki yang disuguhkan oleh penulis. Misalnya saja, saat Attar menjawab LUNAR, maka bulan akan terbentuk. Selanjutnya pagi, air, badai, dan gunung terbentuk. Di awal hanya gelap, lalu dihiasi dengan benda-benda langit yang akhirnya mengingatkan pada hakikat penciptaan sebuah jagat raya. Tentu saja hanya sebagian kecil, namun tidak mengurangi maksud. Penulis seolah ingin menyampaikan bahwa segala permulaan harus diawali dengan perjuangan yang berat. Demikian pula yang terjadi pada Attar dan tokoh-tokoh lain yang berusaha mempertahankan diri meskipun nyawa sebagai taruhannya.
 
Saya cukup terkejut dengan cara penulis mengakhiri kisah para tokohnya. Secara keseluruhan novel ini layak dan recomended bagi penyuka dunia fantasi. Meskipun beberapa kali saya menemukan ejaan yang salah ketik, namun tak terlalu mengganggu kenikmatan menyaksikan petualangan Attar dan teman-temannya dalam lorong labirin. Selanjutnya, apakah kamu siap tersesat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar