7 Januari 2020

Sebuah Pembacaan Singkat: Menempuh Labirin Pecahan Kata


Gambar: Reybook Media

Data Buku:

Judul Buku: Pecah
Penulis: Dimas Nugraha
Penerbit: Reybook
Cetakan: Pertama, 2019 
Tebal : vii + 93 hlm
ISBN: 978-623-90807-0-9
 
***

MATA KACA



Aku temu sebilah pecahan kaca
bermata tajam macam matamu
mengilap ditimpa terik mirip matamu

Aku simpan pecahan kaca dalam saku
seperti kusimpan kau dalam masa lalu

Aku temu sebilah pecahan kaca
bermata serupa matamu
sedia delalu bikin perih aku
dan terkadang terluka
***
Puisi bagi saya adalah sebuah karya yang mampu melahirkan perasaan bimbang sekaligus cemas dalam satu waktu. Bimbang, karena ketika telah memutuskan masuk, mau tidak mau akan disodori oleh lorong-lorong labirin yang penuh cabang dan jalan buntu: kau bisa maju untuk menemukan jalan keluar atau tersesat selamanya di sana. Cemas, karena batas kemungkinan antara berhasil dan gagal terlampau rapat untuk dipisahkan. Demikian pula yang saya rasakan ketika membaca puisi-puisi Dimas Nugraha dalam buku debutnya ‘pecah’. 

Saya tahu, bahwa ketika suatu karya sudah diterbitkan ia bukan lagi kuasa penulisnya. Istilah rumitnya: penulis telah mati. Meskipun demikian, saya masih sering tergelitik untuk menanyakan sesuatu kepada penulis yang kebetulan saya mengenal dan telah saya baca tulisannya. Tentu saja, berangkat dari pernyataan awal saya, saya tidak akan memaksa penulis untuk menjawab apa yang saya tanyakan, meskipun tentu diam-diam saya berharap mendapatkan jawabannya. 

Hal pertama yang saya tanyakan ketika telah membaca hampir separuh halaman buku adalah mengapa Dimas memilih ‘pecah’ sebagai judul bukunya yang tentu saja mau tidak mau membuat saya sebagai pembaca berpikir bahwa judul buku tentulah sebuah atau seorang induk bagi puisi-puisi lainnya. Saya senang bahwa saya mendapatkan jawabannya, meskipun sebenarnya bukan jawaban yang saya harapkan. Tak mengapa. Tenang saja, saya tidak akan membocorkan jawabannya di sini.
 
Seringkali harapan saya terhadap puisi-puisi yang lahir memang terlampau tinggi. Barangkali karena banyaknya anggapan bahwa puisi itu haruslah sesuatu yang rumit. Tapi bukan, yang menarik dari suatu puisi bukanlah kerumitannya, melainkan bahwa ia sering menimbulkan rasa penasaran, meskipun tentu saja hal itu menjadikan puisi sebagai mahluk yang abstrak dan hanya bisa diduga-duga. 

Sebagaimana membaca puisi, menuliskannya juga bukan pekerjaan yang mudah. Sulit untuk bisa keluar dari stigma bahwa puisi melulu dikaitkan dengan khayalan, lamunan, perasaan, dan semacamnya. Hal-hal yang menjadikan ruang gerak puisi menjadi teramat sempit sehingga kelak ia sesak napas dan mati di ruang yang ia ciptakan sendiri. Tetapi tidak bisa dipungkiri, kekuatan puisi adalah karena ia justru mampu menghidupi dirinya sendiri dari hal-hal yang bersifat sederhana. Ia seolah-olah seorang anak yang mandiri tanpa membutuhkan campur tangan orang lain, meskipun seandainya perputaran hidupnya memang di situ-situ juga.


SORE


Gelap perlahan mengarsir hari sore
Di langit, tampak segerombolan burung terbang
Mirip huruf di lembar buku asing.
Aku pun membayangkan: satu dari mereka
adalah kau
Sedang tergesa kepulangan kau tuju. (hlm. 3)



Saya kira, dalam puisi-puisinya Dimas sedang mencoba untuk merangkai pecahan perasaan demi perasaan seperti pazel yang tidak terlalu diatur bentuk dan ukurannya, namun diharapkan menciptakan sesuatu yang utuh selayaknya lukisan yang bisa dipandang, sementara puisi bisa untuk dibaca, dihayati, dan dinikmati oleh pembacanya. Meskipun agaknya, terkadang puisi-puisi yang lahir terlalu tidak berjarak dengan usia penulisnya. Dalam hal ini Dimas yang masih—atau sudah—dua puluh satu tahun dengan semangatnya yang terlampau berapi-api, menjadikan puisi seolah angin yang dalam satu waktu teramat kencang, tetapi pada waktu yang lain bisa sangat lamban, sehingga menciptakan tempo yang kurang seimbang. 

Banyak pertanyaan mengapa yang diam-diam saya simpan setelah membaca keseluruhan isi buku, tetapi hal itu tidak mengurangi minat saya untuk tetap membangun pintu menuju jalan keluar dari puisi-puisi yang ada di dalamnya.[]





Tidak ada komentar:

Posting Komentar