Data Buku
Judul: Mimpi-mimpi Einstein
Penulis: Alan Lightman
Penerjemah: Yusi Avianto Pareanom
Penerbit: KPG
Tahun Terbit: 2015
Jumlah Halaman: viii + 136 hlm
Penulis: Alan Lightman
Penerjemah: Yusi Avianto Pareanom
Penerbit: KPG
Tahun Terbit: 2015
Jumlah Halaman: viii + 136 hlm
Ada satu tempat di mana waktu berhenti. Tetesan air hujan menggelantung kaku di udara. Bandul jam beku separuh ayunan... Ketika seorang kelana mendekati tempat ini dari arah mana pun, gerakannya semakin lambat. (hlm. 51)
Jika Newton menyatakan bahwa waktu bersifat mutlak, tidak demikian dengan Einstein yang menyatakan bahwa waktu bersifat relatif. Dalam teorinya, dirumuskan bahwa ruang dan waktu adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, keduanya terikat satu sama lain. Jika ruang membelok, maka waktu akan menyesuaikan diri; memuai atau menyusut sesuai dengan gerakan-gerakan objek terhadap ruang yang dilaluinya.
Alan Lightman melalui buku ini berupaya untuk merangkum teori relativitas melalui 30 cerita yang berasal dari mimpi-mimpi Albert Einstein saat hampir menyelesaikan penelitiannya di Berne, Swiss, tahun 1905.
Pada mulanya, cerita tampak sebagai kilasan-kilasan peristiwa acak dalam dongeng yang bergerak cepat, seolah segalanya enggan untuk segera berakhir. Seperti potongan-potongan gambar yang muncul tiba-tiba melalui sebuah proyektor dengan gerakan sangat cepat yang enggan untuk diterjemahkan.
Di sebuah dunia, waktu mengalir seperti air. Di dunia yang lain, orang-orang mengetahui dunia akan berakhir dalam waktu satu tahun, satu bulan, lalu satu hari.
Di dunia yang lain lagi, seorang lelaki berada pada tiga dunia sekaligus. Dunia pertama, ia memutuskan untuk tidak menemui seorang perempuan yang suka menyeleweng, mengritik, dan mungkin akan membuatnya sengsara. Di dunia ke-dua, ia memutuskan bertemu perempuan dari Fribourg, yang hanya sedikit ia kenal untuk pergi ke rumahnya, duduk bersama di sebuah sofa, lalu hatinya terketuk dan tak berdaya oleh lengan putih perempuan itu. Lelaki itu hidup dengan perempuan itu dan ia bahagia dengan penderitaannya. Di dunia ke-tiga, ia memutuskan untuk bertemu perempuan dari Fribourg yang hanya sedikit ia kenal untuk minum teh bersama di meja dapur. Mereka berbincang selama satu jam, kemudian perempuan itu harus pergi menolong seorang teman, keduanya mengucap salam perpisahan. Ketika tiga rentetan kejadian tersebut benar-benar terjadi pada waktu yang sama. Dalam dunia seperti ini, waktu memiliki tiga dimensi.
Di dunia yang lain lagi, seorang lelaki berada pada tiga dunia sekaligus. Dunia pertama, ia memutuskan untuk tidak menemui seorang perempuan yang suka menyeleweng, mengritik, dan mungkin akan membuatnya sengsara. Di dunia ke-dua, ia memutuskan bertemu perempuan dari Fribourg, yang hanya sedikit ia kenal untuk pergi ke rumahnya, duduk bersama di sebuah sofa, lalu hatinya terketuk dan tak berdaya oleh lengan putih perempuan itu. Lelaki itu hidup dengan perempuan itu dan ia bahagia dengan penderitaannya. Di dunia ke-tiga, ia memutuskan untuk bertemu perempuan dari Fribourg yang hanya sedikit ia kenal untuk minum teh bersama di meja dapur. Mereka berbincang selama satu jam, kemudian perempuan itu harus pergi menolong seorang teman, keduanya mengucap salam perpisahan. Ketika tiga rentetan kejadian tersebut benar-benar terjadi pada waktu yang sama. Dalam dunia seperti ini, waktu memiliki tiga dimensi.
Waktu berubah-ubah, memungkinkan terjadinya dilatasi yang merupakan salah satu efek dari teori relativitas khusus, yaitu waktu akan senantiasa berjalan lambat pada objek yang bergerak cepat. Hal ini bisa dilihat dari kutipan mimpi berikut:
Ketika orang melangkah keluar dari pintu depan di pagi hari, ia menjejak tanah dengan berlari, mengejar gedung kantornya, bersigegas naik-turun tangga, bekerja di meja yang bergerak, cepat-cepat meluncur ke rumah seusai jam kerja. Tak seorang pun yang duduk di bawah pohon dengan buku di tangan, tak seorang pun yang memandangi riak kolam, tak seorang pun yang berbaring di rerumpuran yang tebal di pinggir kota. Tak seorang pun yang diam.
Mengapa semua orang harus tergesa? Karena di dunia ini waktu berlalu lebih lambat bagi orang-orang yang bergerak.” (hlm. 67–68)
Seperti halnya mimpi-mimpi lain dalam tidur seseorang, cerita dalam buku ini tak pernah benar-benar terhubung--tokoh Einstein sendiri seolah-olah bukan lagi sesuatu yang menjadi penting untuk dibicarakan ada atau tidaknya, karena yang lebih hidup darinya justru adalah mimpi-mimpinya. Ini terbukti dari kemunculannya yang hanya ada di bagian prolog, interlude, kemudian epilog--kecuali bahwa masing-masing mimpi diberi penanda. Misalnya saja, mimpi pada 10 Juni 1905 berikut:
"Andaikan waktu adalah kualitas dan bukan kuantitas, seperti cahaya malam yang menaungi pepohonan, saat bulan naik dan menyisir garis-garis pohon. Waktu hadir, tetapi tidak bisa diukur ..."
"Di dalam dunia di mana waktu tidak bisa diukur, tak akan dijumpai jam, kalender, atau pun janji pertemuan yang pasti. Satu kegiatan didahului oleh kegiatan lain, bukan berdasar waktu ..."
"Di dalam dunia di mana waktu adalah kualitas, peristiwa-peristiwa dicatat berdasarkan warna langit, nada panggilan tukang perahu di Aare, perasaan bahagia atau cemas tatkala seseorang memasuki ruangan ..." (hlm. 91-95)
Semakin ke belakang, peristiwa-peristiwa mewujud sesuatu yang mengandung kekuatan magis. Begitulah hakikat waktu bergerak-gerak seolah karet gelang yang ditarik-rentangkan sesuai kondisinya. Beberapa orang mungkin sengaja menghampiri waktu yang beku, orang lainnya hanya ingin menikmati hidup sebelum dunia berakhir; bagi mereka ini masa depan tak lagi penting.
Begitulah cara kerja waktu. Tiap waktu adalah benar, tetapi kebenaran itu tidak selalu sama. (hlm. 20)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar