23 Februari 2013

2 PUISI FINA LANAHDIANA DI MAYOKOAIKO.COM (#1 Jumat, 22 Feb 2013)

KEPADA SEBUAH INISIAL
:Li

Li, jam seperti kertas terbang yang berhamburan di halaman
di luar, jendela semakin basah oleh goresan jarum gerimis yang jatuh dari langit
menjadi kipas bagi tubuh udara yang kelak menjadi angin

sementara wajahmu tak henti-hentinya
mencelupkan diri ke dalam kepalaku
yang berlubang oleh ingatan-ingatan

di beranda, aku merangkul kesepian ini dengan hangat
ia menjadi tubuh lain yang menerobos jaket
kemudian melipat bermacam kemalasan yang cemas

masih aku rawat masa kecil kita
yang jatuh bangun oleh sepeda tua;
berharap kelak kaki kita lihai menapaki jalan-jalan
yang penuh tanjakan-turunan

bagaimana kabar jakarta, li
disini kopi semakin dingin disesapi angin

Kendal, Februari 2013


JANGAN PERCAYA RAMALAN CUACA

akhir-akhir ini musim memang tidak sedang menyuruh kita
untuk mempercayai ramalan cuaca
tidak juga mengajarkan kita untuk curiga pada langit yang diam-diam mengamati kita
yang pandai melempar kesalahan-kesalahan–
pada cerobong asap ataupun sampah-sampah yang menyumbat mulut sungai yang panjang

begitu juga kau yang setiap malam
menampar wajahmu dengan rindu
yang runtuh dari tiap-tiap kedalaman matamu

sampai pada suatu siang matahari kehilangan keseimbangan
dikalahkan awan yang jatuh sakit

gerimis menjadi semacam pelunasan hutang-hutang
atas jarak yang memelihara engkau dan kekasihmu
yang menjadi alasan untuk tetap percaya pada perjanjian kata-kata

di halaman rumah kau merentangkan kedua lengan;
‘hei, tahukah kau sayang. aku memelukmu, aku memelukmu!”

Kendal, Februari 2013

Sumber: MayokoAiko.com

11 Februari 2013

Percakapan

terkadang aku begitu ingin bercerita tentang banyak hal
tapi kemudian tak mengingat apa-apa.

GAMBAR YANG INGIN BERCERITA BEGITU SAJA


:Zahara Putri

i.
aku mengenalmu sebagai pesan-pesan
yang lahir dari keypad telepon genggam yang licin
barangkali semacam ikan-ikan yang berenang
mencari dimana letak muara

kau banyak bercerita
kau ingin menjadi lidah bagi puisi yang ingin lahir tiba-tiba
seberapa kaki engkau telah melapangkan lenganmu
demi rentang yang kau sebut sebagai cita-cita?

ii.
ini menjadi suatu lanskap
bahwa sapa tak melulu mesti menemu rupa

di sebuah jendela; di beranda kau duduk
masih kau rawat sebuah lengkung di bibirmu pada sebuah kamera
dan begitukah kau menempuh jalan-jalan sebagai ingatan?

iii.
selanjutnya banyak pertanyaan yang hilir mudik
dari sebuah ruang kelas yang membesarkan—menumbuhkan kita
sebagai kata-kata
dimana di dalamnya kita mesti saling mengikat jabat lambaian tangan
untuk tak lupa mengucap selamat datang-- semangat untuk menang

cerita-cerita lahir
gambar-gambar segera menuliskan bayangannya
pada putar kepala begitu saja.

Kalirandugede, 4 Februari 2013

30 Oktober 2012

PADA SEBUAH PANORAMA


kadang kita terlalu rumit untuk mengenal arti; untuk sampai tepat ukuran tumit
meski kita sudah terlampau sering memaksa mata untuk tak memejam-membuka
barangkali yang demikian adalah memang tak perlu untuk ditebak-tebak sebagaimana mestinya
kita tak perlu mengejanya seperti membaca abjad yang kadang memang membutakan dirinya; untuk kita

pada sebuah panorama, kita melihat gunung-gunung berdiri tanpa mengenal dimana laut berada
ia memanggul matahari yang menyala di atas kepalanya
kemudian sawah-sawah begitu luas terhampar yang mengajarkan kita untuk memandang yang demikian lapang

sampailah kita pada abad-abad purba, yang menceritakan bahwa hamparan sawah itu adalah serupa raja yang tengah berjalan; suasana yang damai melukiskan keindahan pedesaan.

2012

KEPADA LUMPUR, KEPADA DADA KITA


:Lapindo

“dan diantara lumpur yang genangannya mengambang itu, bukankah ada kita?”

tanah air kita ini barangkali adalah serupa kolam yang memelihara ikan-ikan
kemudian kita terlalu menyalakan gebu di dada; bahwa kita sepenuhnya adalah nelayan yang melemparkan jala bagi tungku yang memerlukan bara
namun kita kerap lupa di mana letak kepala yang sesungguhnya

adalah semacam batu yang dilemparkan angin kepada kita
pada lumpur yang kelak menjadi semangkuk bubur;
yang didalamnya ada dosa-dosa; ada kita.

2012