16 Februari 2014

Memelihara Kesedihan

http://wallpoper.com/images/00/33/23/90/cats-sad_00332390.jpg            Menurutmu apakah semua mahluk hidup mempunyai kesedihan? Menurutku iya. Begini, aku ingin bercerita. Lima hari yang lalu, salah satu kucingku mati dengan caranya sendiri. Tidak, dia tidak bunuh diri. Tapi dia mati karena kesalahannya sendiri. Apakah dia salah? Entahlah.
Aku menyebutnya salah satu karena memang kucingku ada empat. Hanya satu yang benar-benar peranakan dari kucingku yang sebelumnya—sudah mati—yang lain adalah hasil memungut dan mengadopsi dari tetangga. Yang pertama adalah Ancil, kucingku yang berwarna oranye, dia sangat galak, namun manja. Yang ke-dua kucing betina berwarna abu-kehitaman—yang kutemukan di belakang rumah saat bulan puasa. Kucing itu tiba-tiba mendekatiku dan terus menggersekkan tubuhnya ke kakiku. Aku merasa haru dan tiba-tiba saja ingin merawatnya. Seisi rumah tidak ada yang menyukainya karena ia kucing betina. Aku tetap bersikeras merawatnya. Kucing itu sangat menggemaskan, berlari, mengguling, menggigit benda-benda, dan lain-lain. Akhirnya lambat laun orang rumah luluh juga. Kami memberi nama Awu.
Kucing yang ke-tiga berwarna oranye, masih kecil. Namanya puyi. Dan kucing yang ke-empat bernama piyu, berwarna putih bercampur dengan abu-kehitaman. Kedua kucing itu didapat  Ibu dari meminta anak kucing tetangga dengan maksud agar Awu memiliki teman bermain. Seiring berjalannya waktu, mereka bertiga tampak akrab. Aku terkejut ketika Awu dengan sikap keibuannya mau menyusui kedua kucing yang masih kecil tersebut. Kami tertawa setiap menyaksikan itu. Bagaimana tidak, mereka bahkan bukan saudara kandung.
Aku mulai merasa sedih ketika pada suatu pagi, Bapak berteriak—memanggil namaku—karena telah menemukan Awu dalam keadaan mati. Cukup kasihan jika melihatnya. Dia keracunan tikus yang sudah mati karena keracunan juga. Kemungkinan ada yang sengaja meracuni tikus tersebut agar tidak mengganggu. Awu kucing betina yang menyukai tikus—aku juga heran. Sebelum kematian Awu, kami seisi rumah sempat tertawa-tawa karena Ancil mengejar-ngejar Awu—sepertinya mereka saling jatuh cinta—hari sudah malam, berisik sekali rasanya mendengar suara kucing yang berkali-kali mengeong. Akhirnya aku berpikir untuk mengeluarkan Ancil. Namun seperti yang kubilang sebelumnya, sepertinya mereka saling jatuh cinta, Awu berlari memutar melewati dapur, mencari jalan agar bisa keluar rumah untuk mengejar Ancil. Rasanya belum juga bisa percaya, itu adalah hari terakhirnya. Rasanya ingin menangis.
Sore hari setelah kematian Awu, aku mendapati kedua kucing kecilku seperti sedang memelihara kesedihan. Aku bingung karena keduanya tidak ingin makan, meskipun aku memberinya ikan. Aku jadi berpikir, apakah ini yang dinamakan sebuah ikatan? Sampai sekarang kemurungan itu masih ada. Ancil masih sering berputar mengelilingi rumah, masuk ke kamarku—mungkin mencari Awu—aku tidak tahu. Oh ya, aku lupa. Sebelum kehadiran dua kucing kecil kami, salah satu kucing kami juga mati. Itulah sebab yang lain kenapa Ibu ingin memelihara kucing tetangga.
Kembali bercerita mengenai memelihara kesedihan, saat kucing kami yang bernama Putih mati, Awu adalah salah satu kucing yang terlihat linglung. Dia tidak banyak bergerak, juga tidak ingin makan. Rasanya butuh waktu cukup lama untuk bisa menyaksikan Awu kembali seperti semula. Jadi, ini kebetulankah? Apakah menurutmu kucing juga memelihara kesedihan?

Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar