13 Februari 2014

Perihal Layang-layang

ada yang datang menarik perasaan-perasaan sebagai pesan untuk saling mengingatkan. di dunia ini yang kecil sebab kita adalah satu tangan yang menggenggam perjuangan yang dibesarkan oleh angin; oleh musim yang datang dan berpindah ke lain arah

di halaman, kita tak ubahnya tanah lapang yang menahan perih pijakan-pijakan, akar pohon, serta berbagai macam keinginan yang kerap kita umpamakan sebagai cita-cita. seperti pertanyaan yang terus diulang di jam sekolah dan tak pernah bosan untuk kita angankan—kita renungkan

kamu yang hendak menjadi apa, barangkali di pikiranmu muncul sebuah bentuk menyerupai layang-layang. yang diulur ke puncak oleh seorang anak yang melarikan kakinya di lapangan sambil tertawa riang. ia kemudian berkata bahwa layang-layangnya tak akan terbang jika angin tak menyerang udara yang hampa.

di lengannya muncul sebuah harapan yang memanjang ke atas, ke arah langit. Ibunya yang mengajarkan dongeng setiap malam, agar ia mempunyai mimpi yang indah; yang bisa ia simpan di telapak kakinya kelak, saat ia tak tahu mesti meminjam jari siapa yang bisa menggenggam tangannya yang sendirian.

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar