11 Maret 2015

Upaya Mempermainkan Kenyataan



Gambar: Unsapress

 
 Data Buku:

Judul : Bumi Kuntilanak
Penulis: Denny Herdy & Sandza
Penerbit : UNSA Press
Jumlah halaman: viii+130 halaman
Cetakan: 1, Agustus 2014
ISBN : 978-602-711-760

Sekilas ketika membaca judul dari buku yang ditulis Denny Herdy dan Sandza ini, ada semacam pertentangan yang sedang diperjuangkan penulisnya. Bagaimana pertentangan itu dibiarkan berada pada tempatnya dan tidak mengusik saya untuk menarik kesimpulan, sehingga saya tetap pada keraguan apakah saya mesti mempercayainya atau justru melawannya?

Dibuka dengan Lunatic, Denny Herdy berhasil mengisahkan sebuah dongeng mengenai seorang perempuan bernama Luna yang lahir pada saat bulan purnama dan memiliki wajah yang sangat cantik dan membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa iri. Perempuan itu lahir sebagai putri yang sangat diidamkan ayahnya, sebab ia adalah satu-satunya anak perempuan yang dimilikinya setelah kesembilan anaknya. Ibunya meninggal saat melahirkannya, sehingga saat kelahirannya tersebut, ayahnya merasakan kebahagiaan sekaligus kesedihan. Bertahun setelah ayahnya meninggal, Luna tumbuh menjadi perempuan tercantik di Negeri Azogh. Kesembilan kakaknya pun tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Orang-orang selalu menebak laki-laki seperti apa yang telah merebut hati Luna, hingga pada suatu hari terdengar kabar bahwa Luna akan dipersunting seorang pangeran dari negeri seberang. Kebiasaan Luna yang menarik, setiap bulan purnama memancar dengan cahaya anggun berwarna biru, Luna akan pergi ke bukit dengan membawa serta kucing-kucingnya yang berwarna hitam. Ia akan berlama-lama memandangi cayaha bulan. Di dalam cerpen ini saya melihat sebuah keganjilan, bahwa ternyata kecantikannya yang luar biasa itu menyebabkan peristiwa yang menyakitkan. Kesembilan kakaknya menyadari bahwa ada perasaan jatuh cinta yang menimpa mereka, dan rasa itu hadir karena Luna. Mereka mencintai adik mereka sendiri. Hingga pada sebuah perayaan pesta rakyat, mereka saling berebut untuk mencuri perhatian Luna. Mars yang merupakan kakak tertua merasa paling berhak, namun Pluto segera membantahnya. Keributan pun tidak bisa dihindari, sementara orang-orang sudah terlanjur menganggap mereka menjijikkan dan memalukan sebab tidak semestinya seorang kakak mencintai adiknya sendiri, terlebih saat sebuah cincin jatuh menggelinding yang bisa diartikan bahwa salah satu di antara kakaknya kelak akan melamarnya. Setelah kejadian itu, Luna banyak berdiam di kamar bersama kucing-kucingnya. Hingga pada suatu malam bulan purnama, kakaknya Venus datang menemuinya untuk meminta maaf, yang akhirnya menimbulkan salah paham bagi orang-orang yang menyaksikan mereka tengah berpelukan. Mereka digiring ke tengah kota dan itu merupakan sebuah akhir bagi kehidupan Luna yang kelak oleh orang-orang disebut Lunatic (hlm. 11).

Cerpen lain yang menarik perhatian saya adalah Lulun Samak, yang digambarkan sebagai sebuah tikar yang bisa membelit siapa saja yang berenang di sungai sampai meninggal. Diceritakan, seorang tokoh yang selalu menuruti nasihat ibunya untuk tidak berenang di sungai. Tiap kali teman-temannya mengajaknya ke sungai, ia hanya akan berdiam diri di tepi sungai. Namun lama-lama teman-temannya meledeknya sebagai banci sebab tidak punya keberanian layaknya laki-laki. Akhirnya si tokoh merasa tidak berdaya untuk mengikuti ajakan teman-temannya berenang di sungai meskipun ia sebelumnya menolak sebab tidak bisa berenang. Denny berhasil menghadirkan mitos-mitos yang barangkali kerap dipercaya orang-orang dengan tidak mencoba membantahnya, sebab cerita ini berakhir dengan sebuah pembenaran bahwa Lulun Samak memang ada. Hal ini bisa dilihat dalam kutipan, "Tikar itu menggulung tubuhku hingga dalam. Hingga kelam. Makin hitam. Dalam hati aku berteriak, Ibu, tolong aku!" (hlm. 21).

Memelihara Burung Koreak pun tidak kalah menarik sebab menceritakan Kang Ujang yang ingin memelihara burung koreak dengan tujuan menunda kematian, sebab ia percaya jika ada burung koreak maka tidak lama lagi akan datang sebuah kabar kematian.

Pertentangan yang saya maksud ditunjukkan melalui cerpen Pelet Marongge, Neng Euis seorang berwajah buruk dengan hampir seluruhnya dipenuhi benjolan. Ia mempercayai kesaktian Pelet Marongge yang kelak jika sudah saatnya, ia akan memiliki suami. Dan benar saja bahwa kemudian ia dinikahi oleh Kang Asep yang sebenarnya tidak pernah mencintai Neng Euis kecuali pembalasan dendamnya kepada Neng Kokom, mantan kekasihnya.

Sementara Sandza melalui cerpennya berupaya mengahdirkan persoalan sehari-hari yang terkadang dipenuhi ironi dan disajikan dengan cara yang unik, bahkan beberapa di antaranya berupa kritik terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Pada Membunuh Angka, ia berupaya menghubungkan peristiwa kehamilan si tokoh dengan matematika, sementara Hikayat Guru semut diceritakan dengan menarik, mengenai seorang guru honorer yang tidak dihargai, dipertahankan hanya karena dedikasinya, bahkan hanya diizinkan mengajar satu kelas, kelas yang dianggap paling tertinggal jika ditinjau dari prestasi belajar siswanya. Guru tersebut mengajarkan matematika dengan cara mendongeng--metode yang dianggap tidak layak--yang justru bisa mengantarkan salah satu siswanya meraih juara olimpiade matematika Tingkat Nasional. Dunia pendidikan yang kacau juga dituturkan dalam Iblis Penolong, sebuah dilema mengenai Ujian Nasional yang selalu menjadi kontroversi.

Teruntuk Budi di Buku Kelas Satu juga masih berkutat di seputar dunia pendidikan. Menceritakan tentang seorang siswa yang punya kesulitan membaca, bahkan sampai ia duduk di kelas tiga. Cerpen ini ditulis dalam bentuk surat, yang disampaikan si tokoh kepada Budi dan ibunya--dalam sebuah buku pelajaran--berisi upaya kerasnya agar tak lagi dianggap bodoh oleh ibunya sendiri. Sangat bisa saya rasakan bagaimana kesedihan si tokoh dalam cerita ini.

Ini Budi ...
Ini Ibu Budi ...
Bu Guru kelas satu tersenyum simpul, menahan getir. Karena yang tertera di papan tulis: Ini Arti. Ini Ibu Arti. (hlm. 125)

Sebagian besar tokoh cerita yang dibangun oleh Denny atau pun Sandza memiliki sebuah kemuraman. Bullying, pelecehan seksual, gangguan jiwa, direndahkan, depresi, kurang perhatian, dilema, dsb. Hal itu menerbitkan suasana yang kelam dan sunyi. Penuh kedalaman yang menyakitkan tetapi menyenangkan. 

Cover yang divisualkan sebagai kepala perempuan berambut panjang dengan bumi di dalamnya menimbulkan kesan penafsiran yang masih mentah dan kurang ekspresif. Bumi sendiri merupakan cerpen Sandza yang bercerita mengenai seorang perempuan yang mengalami gangguan jiwa sebab selalu gagal untuk memiliki buah hati. Sementara Kuntilanak, merupakan cerpen Denny Herdy yang menceritakan seorang perempuan yang dianggap terkena guna-guna hingga sering dirasuki arwah kuntilanak. Kekurangan yang lain--yang sebenarnya tidak terlalu berpengaruh--adalah banyaknya Bahasa Sunda yang meskipun sudah dicetak miring, tidak semuanya dibubuhkan keterangan atau catatan kaki. Hal ini tentu saja tidak mengurangi rasa nikmat dari keseluruhan isi cerpen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar