11 Oktober 2015

Atas Nama Kekalahan

Oleh: Majenis Panggar Besi dan Fina Lanahdiana

Sumber: DevianArt
aku merupa tahanan diri sendiri yang luka, tempat semesta tubuh gagal merdeka. aku merupa aku, tapi bukan aku. aku melihat jari-jari tanganku berhamburan serupa kunang-kunang. keningmu, sabana rapuh tempat kerlip cahaya mataku melabuhkan angan, dan sungai-sungai panjang yang mengalirkan alur berisi macam-macam batu dan binatang kecil penuh rahasia.

segala yang hidup atau pun yang mati tumbuh sebagai permisalan kekalahan atau kemenangan. bintang-bintang atau binatang lain seperti kunang-kunang atau kuku orang mati hanya sebagian dari umpan, kita mesti memandang ke atas atau ke bawah atau diam mengunci rupa-rupa bahasa. langit berwarna kelabu memandang aku, memandang kau, menyerap banyak perihal masa lalu—kenangan yang hidup sebagai benalu.

masihkah ada cinta untukku, walau hanya untuk kau kenang? masihkah ada sedikit ruang dalam langit ingatanmu, yang mungkin bisa untuk aku singgahi? jawablah, meski mungkin kau menjawab dengan kebohongan. aku terima, aku terima. tapi aku-engkau, tak akan bisa mengingkari binatang-binatang yang bangkit ketika kita tengah memasuki yang lain dari ingatan ke ingatan aku menghidupkanmu, mencoba mendekatkan panggang kepada api.

api yang sesekali meminta lidah menjadi cabang tangga-tangga menuju langit-langit semesta. sebagaimana burung-burung dipinjamkan sepasang sayap oleh tuhan agar senantiasa memandang ke luas, ke hal-hal tak terbatas. atau siput yang lamban dan ia jangkau hidupnya setabah pelukan kata sabar.

sejauh mana aku harus mencapai engkau tanpa batas tetapi? agar luka ini, luka yang kerap mengakrabi diri sebagai ingkar janji terhindar dari alasan licin yang membuat jatuh dan tergelincir.

pertanyaan dan pernyataan ini aku rangkum sebagai pengakuan atas kekalahan yang sudah semestinya kau tahu, serupa penggaris siku yang dibutuhkan sebelum menciptakan rumah bagi yatim piatu buku-buku. bahwasannya pada lukaku, tak lain adalah jejak telapak kakimu. beralur, mengalir serupa air. lika-liku-luka yang aku pelihara, atas nama cinta.

Jkt-Kdl, 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar